Dari abu Al-Abbas sahl bin Sahl bin sa’d As-sa’idi r.a berkata bahwa seorang laki-laki telah datang kepada nabi SAWW dan berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkan aku suatu amal jika aku lakukan aku akan dicintai Allah dan dicintai oleh manusia”. Kemudian Rasulullah SAWW bersabda, “Zuhudlah terhadap dunia, niscaya dicintai Allah, dan zuhudlah terhadap apa yang dimiliki orang lain, niscaya mereka akan mencintaimu”. ( hadist hasan diriwayatkan oleh ibnu majah dan yang lainnya dengan sanad hasan ).
Tentang pengertian zuhud saya mencoba merujuk kepada pendapat imam A’li r.a yaitu :”Seandainya seorang mengambil semua apa yang ada di bumi dan dengannya ia berkehendak menuju kepada Allah, maka ia adalah orang yang zuhud, dan seandainya meninggalkan semuanya — tidak ditujukan kepada Allah, ia bukan orang yang zuhud.”
Dari perkataan imam Ali r.a di atas jelaslah bahwa zuhud diartikan sebagai pemanfaatan seluruh potensi duniawi yang mampu kita capai hanya untuk tujuan akhirat. Dengan kata lain akhirat lah yang lebih diutamakan dari pada kepentingan duniawi. Terlebih kepentingan duniawi yang bisa menjauhkan kita dari tujuan akhirat.
Dalam kehidupan kita sehari-hari seseorang yang miskin secara duniawi bisa jadi dia seorang yang sedang ber-zuhud tetapi tidak setiap hidup miskin itu pasti zuhud. Sebaliknya bisa saja seorang yang kaya raya itu sedang ber-zuhud tetapi untuk hidup zuhud tidak perlu harus kaya secara duniawi. Artinya hidup zuhud lebih menitik beratkan kepada tujuan hidup ketimbang ukuran yang sifatnya fisik.
Terakhir ingin saya petik firman Allah dalam surat Alanfal ayat 28 yang berbunyi: “Dan ketahuilah olehmu bahwa hartamu dan anak-anakmu hanyalah sebagai ujian dan cobaan (hidup di akhirat) dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar.”
Wa Allah a’lam
Inginkah Kita dicintai Allah dan Orang Lain?
Maret 10, 2008 oleh irwanzein
Cintailah sesama sebelum DIA Sang Maha Pecinta mencintaimu.
Eh, lalu…adakah di hatimu sedikiiit saja rasa cinta, dan mau berbagi dengan seseorang?